BBM-an

Jaman Jahiliah dan Era Barbarian sudah jauh berlalu. Kini Jamannya Fesbukiyah dan Era Blekberian. Kalau Facebook sudah biasa, Bb (Blackberry) juga sudah banyak yang punya.. tapi sekarang bisa dibilang tiada hari tanpa BBM (Blackberry Messanger). Minta nomor PIN, lalu ‘invite’, setelah di’accept’ lalu jadilah teman BBM-an. Apalagi kalau punya teman BBM Group, dari pagi sampai malam itu handset “tang ting tong” bunyi terus kalau tidak di silent. Group pun ada beberapa. Group arisan, Grop teman pengajian, Group SMA dan Group teman kuliah.

Jadi, setiap pagi begitu bangun tidur langsung menyapa teman-group dahulu: ’met pagee, morning all, selamat beraktivitas dan ucapan lain di awal hari. Gak lama kemudian ada yang chat informasi lalu lintas : “jangan lewat Cawang, ada perbaikan jalan arah Pancoran seberang SPBU, jalur tidak bisa dilintasi. Hati-hati lewat depan Univ Pancasila, ada genangan air 15-20 cm, satu jalur tidak bisa digunakan. Selain beragam informasi juga pembicaraan, bercandaan dan ‘copy-paste’ cerita lucu sampai ngobrol ngalor ngidul menemani hari-hari kita. Hidup semarak saling menyapa, saling menegur, saling berbagi informasi.. sungguh sangat menyenangkan di era informasi ini.

BerBBMan memang mengasyikkan, terkadang untuk menyelesaiakn suatu permasalahan, bisa dibahas beramai-ramai, dan saling tukar pengalaman atau informasi yang bermanfaat. Temanku cari sekolah buat anaknya yang lulus SMP, lalu langsung disambut saran dan pendapat dari teman se-group. Ketika seorang teman bermasalah karena anaknya mogok sekolah, semua teman ngasih perhatian dan mengupayakan solusi. Disini kita benar-benar seperti memiliki kebersamaan

Tapi bila terlalu banyak group “berisik” juga ya, gak sadar waktu kita tersita untuk ‘chatting’. Kalau sudah begitu, kita bisa mulai menarik diri atau ‘Leave group’. Mungkin cukup tiga group saja, misalnya teman SMA, teman kuliah dan teman pengajian. 3 Kelompok teman yang sudah dianggap seperti saudara.. saking dekatnya dan intensnya ngobrol tiada hari tanpa bertegur sapa dan cerita. Untung tidak ada masalah di keluarga, suami dan anak-anak tidak complain.. atau jangan-jangan belum ya? Ih jangan sampai deh..

Suatu ketika ada seorang teman curhat, dia merasa kesal karena suaminya lebih asyik BBM-an. Begitu bangun pagi, yang dicari HP, sarapan pun dikit-dikit lihat HP, pas pulang kantor juga asyik duduk di teras sambil BBM-an, kadang-kadang senyum-senyum sendiri.. Ketika anaknya minta ditemani renang, suami turut menemani di pinggir kolam. Lalu dilihatnya sibuk dan sibuk terus ber BBM-an. Anaknya dan dirinya sebagai isteri jarang disapa, jarang diajak ngobrol.. Dunianya adalah chatting atau ngobrol dengan teman-teman di group BBM. Begitu keluh kesah temanku. “Lah sama dong denganku”. Kataku dalam hati. “Tapi kayaknya aku gak separah itu sih”, sambil mengkoreksi diri mencari pembenaran. Untungnya suami gak pakai BB, jadi gak asyik dengan dunianya sendiri, seperti suaminya temanku itu.

Suatu hari, temanku ngajak jalan bareng ke pertemuan arisan di kawasan Pondok Indah. Sambil dijalan, dia cerita, ”eh kamu udah leave group ya?” lalu aku jawab, “iya, habis udah banyak teman chattingku.. ada teman SMA dan ada teman kuliah”. Oh begitu ya, tahu gak si Widi dan Mia hampir ‘baratayudha’ (berantem) gara-gara BBM-an. “Lah kog bisa?” tanyaku. Iya, Widi tuh lupa, dia ‘chatting-an’ dengan Dona, dia kirain ‘personal’ gak tahunya di group padahal isi chattingnya jelekin penampilan si Mia waktu ketemuan di acara resepsi, katanya dandanannya ‘kamse’.. dan lain-lain obrolan yang gak jelas yang sepertinya menyudukan si Mia”. Terus gak lama ada chat masuk dari Mia isinya “Hooi dasar lo Wid, Gengges (menjengkelkan) !” dengan ditambah gambar emoticon ‘angry’. Widi kaget dan lemas.. salah kirim.. maunya ngobrol pribadi.. eh malah satu group ikut dengar. Trus dibalas oleh Widi dengan gambar ‘suprised emoticon’ lalu ditulisnya, “omaigaatt, sori”. Gubrak deh, temanku ketawa ketika menceritakan itu.. Tidak berapa lama, kami sampai di tempat arisan dan menyaksikan Widi dan Dona ternyata mereka berdua sudah akrab lagi. Syukurlah rupanya sudah saling maaf memaafkan. Yah biasalah ibu-ibu, saking dekatnya jadi gak terlalu dimasukan ke hati..

Jalinan ikatan pertemanan atau persahabatan kini memang tidak bisa lepas dari kecanggihan teknologi telepon genggam. Banyak manfaat yang bisa diambil, namun janganlah membuat diri kita asyik sendiri dengan alat tersebut hingga melupakan keadaan sekitar. Dunia real yang harus dihadapi ada didepan kita, ketika bersama suami/isteri dan anak-anak. Jangan sampai mereka merasa terabaikan dan jangan sampai ketika duduk di meja makan, ibu, bapak, dan anak-anak masing-masing memegang handphone dan asyik bertegur sapa diluar sana, tapi tidak menyadari sedang duduk bersama keluarga untuk menyantap hidangan..

Tiba-tiba Hpku berbunyi yang menandakan ada pesan BBM masuk. Kubuka dari teman group pengajian, isinya “Besyukurlah atas karunia dan nikmat yang Allah berikan kepadamu. Jangan sia-siakan waktu, sesungguhnya hidup kita di dunia amat teramat singkat dibandingkan kehidupan di akherat kelak, dan semua pekerjaan yang kau lakukan maupun yang tidak kau lakukan semuanya tidak luput dari kesaksian Allah SWT. “Kamu tidak berada dalam suatu keadaan, tidak membaca suatu ayat Al Quran, dan tidak pula mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu, biarpun sebesar zarrah (atom), baik di bumi maupun di langit... (Qs10 :61)”. Kutarik napas dalam-dalam, terima kasih ya Allah.. terimakasih atas anugerahMu.. Kau berikan teman-teman yang baik untukku agar saling mengingatkan dan saling menasehati satu sama lain.