Perempuan yang Terluka



Dibalik senyumnya yang manis, siapa yang menyangka bahwa Mirta menyimpan duka dan amarah yang terpendam, luka dihati membuatnya trauma dan susah tidur. Bahkan dia seringkali menangis sendiri. Bagaimana tidak? Hampir semua orang menganggapnya sampah, sepertinya tak satupun orang disekitarnya menganggapnya sebagai korban. Sekuat hati dia menceritakan peristiwa itu, tapi bukan pembelaan yang didapat, melainkan celaan.

Mirta merasa dianggap sebagai sampah.. gara-gara dia mengadukan peristiwa pelecehan seksual yang dialaminya ditempatnya bekerja sebagai sekretaris anggota dewan pelayanan masyarakat. Awalnya dia mengadukan ke bagian dewan kehormatan masyarakat, namun tidak digubris, akhirnya ia mencoba untuk mencari penyelesain ke lembaga pembela perempuan, sampai akhirnya kisahnya terekspose, pers meliput beritanya dengan gencar. Semua kaget, bagaimana tidak? Pelaku tindak pelecehan seksual itu adalah anggota dewan pelayanan masyarakat yang terhormat. Buntut kejadian ini, sang anggota dewan dipecat. Namun tak ayal, Mirta yang sebenarnya adalah korban, justru dia yang dicampakkan, bahkan ada yang menyebutnya pelacur. Teman-temannya menjauh, setiap keluar kantor yang didapat adalah hinaan. “Mengapa dari pihak wanita yang disalahkan, bukankah yang memulai laki-laki dahulu? Waktu persitiwa memalukan itu terjadi, saya menangis, gemetar, diancam akan dipenjara dan sering diteror, belum lagi rasa trauma dan ketakutan, minder bila bertemu teman, sulit tidur dan mimpi buruk.” Begitu ujarnya.

Menyedihkan sekali. Bagaimana bila hal itu terjadi pada diri kita? Sasha, seorang sekretaris di sebuah perusahaan ternama, juga memiliki kisah yang hampir sama. Ketika berada dalam ruangan bosnya, tiba-tiba atasannya itu, sebut saja Mr Bossi merangkul kedua tangannya ke bahu dan menyudutkan dirinya ke tembok.. karuan saja Sasha kaget, si bos berusaha untuk memeluk dan menciumnya. Dengan sekuat tenaga dia melepaskan rangkulan.. tapi bosnya itu tetap menginginkan dirinya.. sampai akhirnya dia benar-benar tersudut. Menyadari hal ini, lalu dia berteriak sekuat tenaga. “Tolong ! Tolong ! Pak Miiiinn ! “ Pak Min adalah pesuruh di kantor. Karyawan kantor memang sudah pada pulang, sedang Sasha diharuskan menyelesaikan pekerjaan penting. Hanya Pak Min dan seorang


pembantu lainnya yang ada di kantor.. Pak Min tergopoh-gopoh masuk keruangan. Didapati Sasha sedang menangis di pojok ruangan, sedang bosnya duduk di kursi meja kerjanya sambil menulis, tidak tampak seperti terjadi apa2. “Tidak ada apa-apa Pak Min, silahkan keluar kembali, Sasha hanya ketakutan, dia merasa melihat hantu,” begitu kata Mr. Bossi. Lalu Sasha bergegas keluar ruangan dan merapikan tasnya. Dia segera pulang.

Keesokan harinya, dengan rasa takut, Sasha masuk kantor. Ketika hendak menyerahkan surat yang harus ditandatangani bosnya itu, dia di “semprot”. Katanya, pekerjaannya gak becus, bikin surat salah terus, dan tugas-tugas yang dikerjakan gak maksimal. Bahkan dikatakannya bahwa dirinya bukanlah seorang profesional, lalu dia disuruh mengulangi surat yang telah diketik, setelah diperbaiki ternyata masih salah, dan salah terus.. sampai harus 5 kali bolak balik. Padahal surat tersebut sudah biasa diketiknya dan tidak ada masalah untuk di tanda tangani.

Selesai mengetik surat, Sasha harus mengatur perjalanan dinas bosnya yang sering bepergian keluar negeri. Ternyata ketika disampaikan, tiket yang sudah dipesan harus diganti, karena tidak sesuai, seharusnya lewat Frankfurt bukan lewat Amsterdam. Sungguh Sasha bingung, sedangkan tiket itu sudah di issued dan memang sudah disetujui sebelumnya. . Lalu dia menghubungi travel langganan, beruntung masih bisa, meski terkena cancelation fee. Begitu disampaikan tiketnya telah siap, tiba-tiba si bos minta diatur tanggalnya dimajukan satu hari.. Masya Allah !

Bukan hanya pekerjaannya saja yang serba salah, tapi juga Mr Bossi mempermalukan dirinya didepan orang banyak.. Pernah suatu waktu dia dimarahi untuk kesalahan yang tidak terlalu prinsipil, namun dibesar-besarkan seakan-akan dia melakukan kesalahan fatal.. padahal kesalahannya “hanyalah” pesanan kue yang disiapkan untuk tamunya kurang banyak.. Meskipun masih berlebih tapi dibilangnya kurang.. Sungguh, Sasha merasa tertekan.

Tidak jera, Mr Bossi tetap menginginkan dirinya secara fisik. Suatu hari, Mr Bossi menyuruhnya menutup pintu ruangan. Melihat gelagat yang tidak baik dari atasannya itu, Sasha langsung segera keluar dari ruangan bossnya.. Teman-teman sekantornya tidak memperhatikan bahwa dirinya sangat ketakutan, semua seibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Sasha sungguh sedih dan bingung, hampir seuma tugas yang dikerjakannya disalah terus. Bukan itu saja, atasannya itu tetap saja menginginkan dirinya, katanya “Besok kamu harus pesan kamar di Hotel Glamour, dan harus datang kesana..” Begitu perintahnya.

Sasha sangat ketakutan, kalau tidak mau pasti dia akan ditekan dan dimarahi habis-habisan.. si Bos sangat otoriter dan berkuasa, tentu dia bisa memecatku kapan saja, dirinya bukan siapa-siapa, begitu pikirnya. Sedangkan diluar kantor, Mr Bossi sangat disanjung dan dipuja. Dia adalah sosok seorang pengusaha yang dermawan, bijak, santun dan dihormati. Mulai dari sesama pengusaha, pejabat, bahkan orang kebanyakanpun mengenalnya sebagai tokoh religius. Lalu apa yang harus dilakukan?

Sesampainya dirumah, Sasha yang masih single itu merasakan kepalanya sakit, dan perutnya melilit.. badannya gemetar. Seperti ingin pingsan. Hal ini membuat panik teman-teman kosnya. Dan ketika dia mendengar suara dering telepon gengamnya.. ia tambah panik dan ketakutan.. Keesokan harinya, dia tidak masuk kerja, seorang teman kosnya, Saras membawanya ke dokter. Diperiksa suhu dan tekanan darahnya, semua tampak normal.. tidak ada tanda-tanda sakit. Akhirnya Mirta pulang. Dokter cuma mengatakan dirinya terlampau letih dan stres. Ia memutuskan untuk tidak masuk kerja.

Namun ternyata sakitnya tidak sembuh, sakit kepalanya sering kambuh.. meski dia sudah ijin tidak masuk kerja, tapi bosnya itu sering telepon atau sms untuk menanyakan pekerjaan.. ketika telepon itu berbunyi, Sasha membanting teleponnya dan menangis.. teman kosnya, Saras datang menghampiri.. mengajaknya untuk sharing, berbagi cerita.. tapi Sasha masih belum mau bercerita. Saras berinisiatif menelepon ke kantor Sasha dan menceritakan kondisi kesehatan yang dialami Sasha. Teman di kantornya menyampaikan ke Mr Bossi. Mendengar sekretarisnya sakit, Mr Bossi mengatakan kepada Saras bahwa dia akan datang menemui Sasha di tempat kosnya. Saras yang tidak tahu permasalahan yang dihadapi Sasha, menyampaikan bahwa Mr. Bossi akan datang untuk menjenguknya. Akibatnya Sasha tambah panik dan berteriak-teriak.. dia mengambil tasnya dan segera kabur dari rumah hendak mencegat taxi..

Saras menyusulnya, sambil berusaha menenangkannya. Akhirnya saras turut serta menemani Sasha. Dia mengajaknya untuk ke tempat yang
tenang agar dapat berbagi cerita. Disebuah cafe yang tidak ramai dan
nyaman, akhirnya Sasha mengeluarkan semua kisah pelecehan seksual yang dialaminya.. Saras iba dan turut menyesali peristiwa yang terjadi pada sahabatnya.. Lalu ia mengusulkan agar mengadukan permasalahannya ke lembaga perlindungan perempuan.. Sasha menolak, dia tidak sanggup menanggung akibatnya.. selain merasa tidak punya bukti kuat, dia khawatir justru dirinya nanti yang disalahkan. Siapa yang menyangka bahwa Mr. Bossi berlaku tidak sopan pada karyawannya, karena masyarakat mengetahuinya bahwa dia seorang pengusaha santri yang dermawan? Sasha menutup permasalahan ini rapat-rapat, dan mengambil keputusan untuk berhenti bekerja.

Sambil menata hatinya yang porak poranda, Sasha berusaha mencari pekerjaan ke perusahaan lain. Tidak mudah, meski akhirnya dia berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai karyawan perpustakaan di kampus tempat kuliahnya dahulu. Apakah Sasha bisa hidup tenang? Ternyata tidak gampang, telepon dan sms dari Mr. Bossi masih diterimanya.. meski bossnya itu sudah minta maaf melalui sms, tapi sepertinya Sasha belum bisa melupakan, dia masih memendam amarah.. kalau malam masih terbangun dan ketakutan, badan gemetar.

Dilain pihak, Mr Bossi masih eksis, usahanya semakin maju, surat kabar sering memberitakan mengenai kiprahnya membantu masyarakat, kini dia tidak saja terkenal sebagai pengusaha, tapi juga sebagai tokoh pemerhati sosial dan budaya. Mr Bossi sering diminta pendapat atau nasehatnya untuk mengatasi berbagai masalah kehidupan bermasyarakat..

Setiap melihat di televisi atau membaca di koran berita tentang Mr Bossi, dirinya tidak saja sakit kepala tapi juga merasa mual dan ingin muntah.. Sampai kapan dirinya harus seperti ini? Apa yang harus dilakukan? Kini Mr Bossi sudah memiliki sekretaris baru, jauh lebih muda dari dirinya, cantik. Apakah dia akan menjadi korban dari perbuatan Mr Bossi kelak? Apa yang harus dilakukan? Memberi tahunya? Ataukah mendiamkan saja sampai peristiwa terulang kembali kepada sang sekretaris baru dan jatuh korban lagi?

Dengan ditemani Saras, dia berobat untuk menghilangkan rasa sakitnya. . Menurut psikiater, Sasha menderita psikosomatik. Rasa sakit kepala, mual, dan terkadang sakit perut yang dialaminya adalah akibat luka batin.. luka ini lebih lama sembuhnya dibandingkan dengan luka fisik. Sambil mendekatkan diri kepada Allah, Sasha senantiasa berdoa, Ya Allah, tolong beri jalan keluar yang terbaik.., begitu salah satu rintihan doanya selesai sholat..


Please, stop hurting the woman..
0 Responses