Gila Belanja


Wanita gila belanja? Seperti apa? Bila kita menyaksikan filmnya yang pernah diputar di bioskop, “Cofessions of Shopaholic” kita jadi sadar bahwa shopaholic adalah suatu penyakit dimana seseorang begitu merasa sangat senang bila sedang berbelanja.. jantungnya berdegup kencang ketika melihat barang idaman yang dipajang di etalase. Dia terus belanja dan belanja.. tanpa menyadari bahwa tagihan kartu kreditnya sudah melewati limit. Kartu kredit tidak hanya satu, tapi tiga atau empat bahkan lebih. Satu demi satu tagihan di kartu kreditnya melewati limit.. hingga akhirnya tagihan mencapai lebih dari 16.000 dollar. Akhirnya tidak sanggup bayar dan dikejar-kejar oleh debt collector. Itu sekelumit kisah dalam film tersebut.

Belanja bisa dikatakan sebagai aktivitas yang menyenangkan oleh sebagian besar orang. Terkadang sering tak terkendalikan bila berada di supermarket atau mall. Rasanya begitu menggiurkan saat melihat barang-barang yang dijajakan, lalu langsung ambil tanpa berpikir panjang. Kalau tidak bawa cukup uang, tinggal gesek kartu kredit. Beres. Padahal begitu sampai rumah, baru menyadari bahwa barang-barang yang dibeli ternyata tidak terlalu dibutuhkan, bahkan sama sekali tidak berguna, karena ada barang serupa yang fungsinya sama.. dan menyesalnya lagi, ketika mendapat “surat cinta” dari bank bahwa tagihan kartu kredit membludak..

Hal ini terjadi pada seorang teman, dia begitu gencar memburu barang, terutama ketika iklan di koran mengumumkan ‘midnight sale’, yakni gelar diskon besar-besaran di tengah malam hari, mulai pukul 12.00 pagi. Yang dijajakan antara lain sepatu karet warna-warni merk terkenal dengan logo buaya. Teman saya membeli sampai tujuh pasang sekaligus. Untuk dirinya 2 pasang, untuk ketiga anaknya dan dua keponakannya masing-masing satu pasang. Katanya murah sekali, bisa diskon hingga 50-70%. Yang sebelumnya seharga Rp 600.000 kini bisa seharga Rp 200.000. Padahal, untuk bisa masuk ke toko tersebut, dia sampai antri hingga 5 jam! Pernah sekali waktu dia antri sebuah mall yang baru dibuka. Saat itu juga digelar diskon tengah malam hari. lalu ketika harus bayar di kasir, antriannya seperti ular melingkar, panjaang sekali.

Sebenarnya bukan hanya teman, tapi terjadi juga pada diri sendiri, meski tidak separah teman, tapi ketika belanja di supermarket, maunya belanja satu keranjang, tidak tahunya belanja satu troli penuh. Tapi untungnya sekarang sudah teratasi dengan mematuhi daftar belanja yang sudah dibuat sebelumnya. Seandainya meleset sedikit masih dimaklumi asal tidak berlebihan. Bila ternyata jadi membeli suatu barang yang menggiurkan, terpaksa harus “menghukum diri” dengan cara misalnya tidak boleh mampir ke coffee shop, tidak boleh beli yoghurt favorit, tidak boleh nonton film, atau tidak boleh ke salon selama jangka waktu tertentu..

Gila belanja tanpa disadari membuat tagihan kartu kredit sudah menumpuk. Tidak tahan bila melihat tulisan “Sale” terpampang didepan toko. Hutang kartu kredit adalah beban, terasa menjerat. Tentu saja sangat mengganggu stabilitas perekonomian keluarga. Kalau sudah begini menyesal sekali !

Betapa dunia ini sangat menggiurkan, gemerlap dan indah. Barang-barang mewah yang dijual sangat menarik. Baju, sepatu, tas, kaca mata, arloji dan lain-lain. Salah satu hal yang membuat ketagihan belanja adalah keinginan untuk tampil cantik, menarik dan menawan hati siapa saja yang melihat. Seringkali seseorang merasa sangat dihormati bila memakai barang-barang bermerk yang harganya mahal. Sedangkan bila yang dipakai tidak ‘branded’, cenderung tidak percaya diri. Memiliki satu atau dua dirasa kurang, akhirnya beli dan beli lagi.. Tidak salah bila kita ingin tampil indah. Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan. Tapi bila berlebihan bukankah cenderung menjadi boros? Ingatkah bahwa setiap diri dari kita akan diminta pertangunjawaban di akherat kelak? Dan apakah barang-barang mewah yang kita himpun itu dapat membela diri kita bila ditanya peruntukannya? Sayidina Umar ra berkata’ “kemuliaan di dunia berhiaskan harta sedangkan kemuliaan di akhirat adalah dengan amal-amal saleh”. “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa-apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah yang lebih baik amalnya” (Qs Al Kahfi : 7)

Oleh karena itu hendaklah kita merenungkan kembali apakah sudah berlebih-lebihan dalam belanja? mungkin jawabannya tidak, tapi bisa jadi bukan karena tidak berlebihan, tapi tidak sadar bahwa kita sudah berlebihan. Bukankah orang yang menghimpun dunia, tidak cukup dengan dua lembah emas, tapi ingin lembah emas yang ketiga dan seterusnya sampai ambisinya terbungkam dalam tanah (kuburan). Oleh karena itu kita harus pandai-pandai dalam membelanjakan harta. “Dan berikanlah kepada keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan. Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. (Qs Al Israa :26-27). Mudah-mudahan harta yang kita miliki berkah dan dapat dimanfaatkan dengan bijak dijalan yang di Ridhoi Allah SWT.


Jakarta, 31 Mei 2010
-meita-
1 Response
  1. Anonim Says:

    nice article... thans for sharing... memang shopacholic harus mendapatkan terapi... salahsatu yg tepat adalah dengan sering turun ke lapangan saat ada musibah yang menimpa suatu kaum/desa/kota... misalkan gempa, banjir, or kekeringan... akan ada suatu penghargaan atas nilai 100 buah nasi bungkus yang sebanding dengan sebuah sendal karet...