Go Green, Tren Masa Kini


Ketika berkunjung ke suatu negara beberapa bulan lalu, saya terkesan dengan sikap penduduknya yang sangat memperhatikan lingkungan. Kotanya bersih, sungainya jernih, dan udaranya segar. Mereka terbiasa menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan, dan masyarakatnya terbiasa untuk menjaga kelestarian lingkungan, misalnya dengan tidak menggunakan sumpit dari kayu sebagai perlengkapan makan, melainkan diganti dengan stainless steel. Sehingga bisa gunakan lagi dengan mencucinya. Begitu pula dengan tusuk gigi, meskipun “cuma” sejumput kayu, tapi mereka tidak mau mengorbakan pohon hanya untuk tusuk gigi. Kini mereka terbiasa menggunakan tusuk gigi yang bahannya terbuat dari jeli atau agar-agar yang bila sudah selesai digunakan, cepat hancur atau aman bila dimakan. Kalau belanja di supermarket, pengelolanya tidak menyediakan kantong plastik untuk membawa barang belanjaan. Petugas kasir akan menawarkan apakah perlu membeli kantong plastik atau tidak. Kantong plastik dijual dengan harga yang sangat murah. Meski demikian, mereka akan menerima kembali kantong plastik bekas untuk ditukar dengan uang yang dikeluarkan, apabila kantong platik itu sudah tidak dipakai, meskipun kondisinya sudah rusak.

Al Gore is one of the world's most respected spokes people for the environment by doing what he can, to save the planet and by encouraging everyone else to join in protecting the environment.
Ketika Al Gore menyuarakan Global Warming atau pemanasan global yang membuka mata dan pikiran jutaan penduduk dunia, kita sungguh terkesima. Dalam Filmya “An Inconvenient Truth” Al Gore mempresentasikan tentang meningkatnya suhu permukaan bumi yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sangat ekstrim. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Kita tentu tahu, bagaimana efek rumah kaca yang berasal dari gas emisi (antara lain polusi asap kendaraan, asap pabrik, Gas CFC, dsb) serta penggundulan hutan yang dapat menyebabkan pemanasan global sehingga berdampak mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub dan dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Belum lagi bencana lainnya, seperti kekeringan, banjir, angin topan, dll.

"Please help me"
Apa yang dikatakan oleh Al Gore benar, bahwa lapisan es di kutub akan meleleh. Baru-baru ini diberitakan bahwa rata-rata temperatur global naik 0,6 derajat celcius, namun suhu arktik naik lebih cepat. Pada akhir Bulan Juli 2009 suhu naik hinga 30 dearajat celcius. Airnya amat hangat, anak-anak bisa berenang di laut. Daerah tersebut merupakan pemukiman Suku Inuvaluit, Bangsa Eskimo Arktik. Akibatnya puluhan ribu kilometer persegi Es Arktik meleleh. Bahkan Pusat Data Nasional AS untuk Salju dan Es menyebutkan sekitar 106.000 km persegi es meleleh di Bulan Juli ini. (Kompas, 12 Agusuts 2009).

Yang menyedihkan juga adalah kasus kebakaran lahan hutan di Indonesia. Data dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup bahwa selama tujuh bulan menunjukkan di Wilayah Riau ditemukan sebanyak 77 titik panas pada lahan hutan yang dikelola oleh HPH. (Kompas 12 Agustus 2009). Sedangkan pada tahun 2006, kebakaran tidak saja terjadi di Sumatera, melainkan juga terjadi di Kalimantan. Mudah-mudahan kerusakan dan penggundulan hutan bisa segera teratasi, dan bumi kita, terutama di Indonesia bisa lebih hijau, lestari dan bebas dari pencemaran

Oleh karena itu kampanye “Go Green” terus disuarakan oleh para pencinta lingkungan. Banyak hal yang menggembirakan di Indonesia. Antara lain turut sertanya masyarakat dari lembaga pendidikan, media masa, kalangan pengusaha, seniman, dan tokoh lainnya turut menyerukan tentang hal ini. Misalnya kompetisi Go Green yang menggelar “School Climate Challenge”, dimana siswa dan guru ditantang untuk memanfaatkan sumber daya disekitar mereka sebagai solusi perubahan iklim. Lalu, sebuah supermarket bekerjama dengan WWF juga melaksanakan gerakan peduli lingkungan dengan program “One Bag One Tree”, apabila membeli sebuah “reusable bag’ berarti turut serta membantu menghijaukan kembali Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat. Tak kalah, para desainerpun juga menggelar acara “Greener Nation” yang menampilkan busana dan tas kanvas yang hasil penjualannya digunakan untuk program pelestarian lingkungan. Sebuah Department Store terkenal di ibu kota juga menyelenggarakan Bean Program sebagai partisipasi menghijaukan bumi dengan memberikan bean untuk ditanam di lingkungan terdekatnya.

Saya teringat ketika diundang acara resepsi pernikahan teman tahun lalu, yang diselenggarakan di kebun. Dia memberikan ‘souvenir’ berupa bibit pohon dengan menukar undangan selesai acara resepsi. Para tamu dipersilahkan memilih bibit pohon, ada Pohon Mangga, Rambutan, Jambu, dll. Meski agak repot, tapi seru juga.. pulang pesta bawa pohon. Namanya juga usaha dan niat baik. Kalau begitu, mari ramai-ramai ikutan “Go Green”, menjaga lingkungan mulai dari menjaga kebersihan, hemat listrik, hemat air bersih, hemat kertas, mengendalikan pemakaian plastik, menanam pohon dsb. Bukankah kita ingin menyelamatkan bumi? Save Our Planet. Mau?

Dirgahayu Republik Indonesia
Jakarta, 17 Agustus 2009
-Meita-

Dimuat di ESQ Magazine Online September 2009
0 Responses